Puisi Pendek Percintaan
Cinta adalah anugerah paling luar biasa, tempat mencari kedamaian dan sekaligus pertentangan. Dalam kehidupan cinta ada senyum dan tangis yang silih berganti saling mengisi. Percintaan membuat seseorang menjadi penyair yang bisa menciptakan puisi pendek dengan rinci segala peristiwanya. Inilah contohnya:
1. Satu Kamu
Ah… bila lah mana
Manusia itu himpit menghimpit memenuhi bumi
Aku tidak merasakan keterbatasan dan dunia ku tetap akan luas
Berlarian dengan memeluk erat lengan mu
Mengitari bumi yang tidak begitu luas, ku rasa
Bila lah mana, matahari tetap diam dalam pelukan malam
Aku tidak akan melihat gelap, karena hidupku akan selalu terang
Bersama sinar matamu yang menjadi kekuatan
Meleburkan kesedihan untuk semua nanar yang aku tatap
2. Tergoda
Oleh sebuah pesan berantai yang berhenti di aku
Akhir cinta hanya untuk satu orang istimewa
Mengucapkan janji suci untuk sejenak meleburkan waktu
Sampai nafas terakhir hidupku telah terikat oleh janji
Satu selamanya ku rasa tidak akan pernah cukup
Bersama dahaga kian lara
Untuk sekali lagi, bolehkan aku mintakan kelonggaran
Berikan lagi dia, bagai permata
Kembang yang belum mekar sempurna
Untuk sekali lagi
Bolehkan aku minta tambah satu
Kepada momen saat ku curi kilatan mata yang menghentikan rotasi galaksi
3. Cerita Bersama Dia
Kenyang ku telan air mata yang aku keluarkan
Terlalu berisik mendengarkan tawa yang kita sengaja untuk menjadikan lebih keras
Lelah berusaha terlihat sempurna dalam dekap mu yang memang tanpa cacat
Ijinkan waktu melambat di sini
Detik terasa lama untuk aku mengatur nafasku kembali
Tepat di titik ini, sempurna seperti ini
Tubuh tambun yang menghangatkan suasana yang beku
Mengapa lah semua meski kisah ku bersamamu
Tunggulah, akan ku bunuh semua ragu
Maaf bila aku kembali dengan penuh luka dan tidak cantik lagi
4. Terakhir
Untuk kali ini mungkin semua tidak akan pernah terulang
Memohon, lutut itu bertekuk tidak untuk saat berikutnya
Itu adalah nya terakhir yang ku bagi dua
Maaf aku tidak bisa memberikan mu semua meski kamu terus meminta
Dengan mati aku tidak bisa lagi mencintai
Dengan mati aku tidak akan pernah bisa melindungi
Mati, tidak akan bisa memberiku waktu untuk memberi
Mati?
Itukah yang sebenarnya kau minta
5. Bangku Di Teras Rumahku
Pernah
Di kala senja memudar melebur menjadi kelabu
Di saat matahari sangat lelah hingga tak menemani kami untuk duduk dana berbincang
Kelebatan malam tidak lagi memberikan ultimatum ketakutan untuk surut ke belakang
Orang yang tepat. Hingga jendela tertutup tidak membuat aku turut masuk
Kursi di luar teramat nyaman dengan kamu di sampingnya
Pernah
Rasa sakit teramat berat hingga saat matahari masih ingin terduduk aku telah beranjak
Mencoba menyembuhkan luka, memercikkan kata mengerti untuk merajut kembali
Pernah
Tidak ada kau dan matahari, aku masih berlama di sana
Meneriakkan rindu
Kepada bayang bisu yang telah pergi
6. Kantong Remah
Berbahagialah
Kalian yang memiliki kantong utuh kebahagiaan tidak terbagi
Membawa tawa lekat dan tidak akan menjauh
Mengering air mata karena suka di setiap waktunya
Berbahagialah
Bila kantong itu bukan berisi remah
Tapi satu di dalam kesatuan hidup yang padu
Tidak menyeret beban tanpa peluh bercucur
Berbahagialah
Untuk sekantong penuh
Tanpa retak, tanpa koyak
7. Dalam Takjub
Aku tidak melihat yang sama
Ke pada ke dua permata yang bersinar sebagai pertanda
Tidak, aku tidak tertarik kepadanya
Hanya dua buah permata sama rupa
Kagum ku tidak terpaku pada bagian itu
Menyeluruh, lebih mengena
Tidak hanya pada dua bola mata
Namun,menilik sampai jauh pada hatinya
0 komentar:
Posting Komentar